Diana memencet klakson saat melihat anaknya.
“Hei, tumben kamu agak telat.”
Dana melemparkan tas ke jok belakang lalu duduk di samping mamanya.
“Hari ini mau ngapain nak?”
“Paling ngerjain pr mah di rumah temen.”
“Ntar mama sendirian dong.”
Mobil pun memasuki garasi lalu mereka pun masuk ke rumah.
“Mama lepas pakaian dulu, abis itu masak.”
“Tunggu mah. Mama tau kan Dana terangsang berat?”
Diana tertawa, “gimana tidak, matamu jelajatan terus kan.”
“Mama telanjang di rumah kan hadiah bagi Dana.”
“Ya.”
Diana kembali merasakan rasa mulas di perutnya mendengar pembicaraan anaknya.
“Boleh gak Dana lihat mama membuka pakaian?” kata Dana sambil menunduk.
Ternyata itu yang dikatakan anaknya. Diana pun merasa lega.
“Kamu mau mama melepas pakaian sambil menggodamu, kayak di film - film barat?”
“Bukan mah. Buka aja biasa, hanya sambil Dana lihat.”
“Menarik. Memang tak melanggar perjanjian sih. Baiklah. Ayo ikut mama.”
Diana lalu memegang tangan anaknya dan membimbingnya ke kamarnya.
“Kamu duduk aja di kasur, mama ke kamar mandi dulu.”
Dana duduk sambil melihat foto - foto di kamar. Ada foto dirinya sedari kecil, foto papa dan lainnya. Beberapa saat kemudian Diana keluar dari kamar mandi sambil memegang rambutnya.
“Baiklah, mama akan mulai pertunjukannya untuk anak mama seorang.”
“Kenapa mama gak cari pacar lagi setelah papa berpulang?” kata Dana sambil melihat foto keluarga yang ada di meja rias.
“Mama ingin kerja dulu sambil besarin kamu. Jadinya mama gak punya waktu luang deh,” kata Diana sambil duduk di sebelah anaknya.
“Apa mama nanti akan nikah lagi?”
“Entahlah nak. Mama masih muda, mama akui, telanjang di hadapanmu membangkitkan sesuatu dalam diri mama yang telah lama terkubur, entah apa lagi nanti yang akan bangkit lagi. Menurutmu gimana, apa kamu kecewa selama delapan tahun ini hidup berdua hanya dengan mama?”
“Mama udah jadi mama terbaik menurut Dana. Kemarin Dana memang sempet gak fokus, tapi kini Dana fokus lagi mah.”
“By the way bus way, mama kok langgar perjanjian sih? Mama buka dulu ah pakaiannya. Mama lapar nih.”
Tanpa bangkit, Diana membuka kancing blus lalu melepasnya. Diana menatap payudaranya yang terbungkus bh merah muda, lalu menatap anaknya melepas kaitan bh.
“Kamu pernah ngintip mama pas lagi hanya pake cd gak?”
“Pernah, tapi liat dari belakang doang,” kata Dana sambil tersipu malu.
“Kayaknya mama udah gak punya privasi lagi sedari dulu ya,” kata Diana sambil meninju tangan anaknya, dengan pelan tentu, lalu melepas bh nya. “Capek gak berusaha lihat ini?” kata Diana sambil memegang payudaranya.
“Apaan, Dana belum ngintip lagi kok,” kata Dana sambil menatap payudara mamanya.
“Dasar nakal.”
“Mah, Dana boleh nanya sesuatu gak?”
“Tentu saja sayang.”
“Setahu Dana, puting kan warnanya coklat, kok yang mama enggak sih?” kata Dana sambil menunjuk puting kiri mamanya.
“Hahaha… papamu dulu juga nanya gitu. Tapi mama suka kok, puting mama jadinya spesial, beda dari yang lain.”
Tanpa disadari jemari Diana mengelus putingnya sambil sesekali menariknya. Karena mata Diana menatap payudaranya sendiri, Diana tak menyadari gundukan di celana anaknya yang tiba - tiba muncul dan mata anaknya yang terus menatap jemarinya.
Diana lalu tersadar, “Kapan makannya kita?”
Diana lalu melepas rok lalu cdnya sendiri. Setelah telanjang, Diana kembali duduk sambil menekan kedua tangannya di belakan tubuh ke kasur.
“Mama lapar nih!”
Mata Dana terpaku ke jembut mamanya.
“Apa mama pernah mencukurnya sampai gundul?”
Diana lalu menatap jembutnya, “Tidak pernah. Selalu begini saja. Emang udah berapa kali liat wanita yang jembutnya gundul?”
“Wanita telanjang yang Dana liat cuma mama aja.”
“Serius? Kamu belum pernah ngapa - ngapain?”
“Tentu saja mah.”
“Terus kamu pernah ngapain aja?”
“Kok jadi Dana yang ditanyain sih. Siapa yang telanjangnya sih?”
“Mama jadi penasaran sih.”
“Hanya pernah ngeraba susu sama ciuman mah. Terus kalau mamah, kapan mama mulai nakal.”
“Mulai nakal? Sebelum sama papamu, mama dua kali pacaran.”
Diana lalu berbaring menjadikan tangannya sebagai bantal. Satu kakinya di tekuk dan kaki lainnya ditumpu ke kaki itu. Tanpa disadarinya Diana perlahan merangsang anaknya.
“Dana boleh tanya yang lain lagi gak?”
“Tanya aja. Udah terlanjur gini kok.”
“Katanya ada bagian tubuh yang kalau disentuh bisa membuat orgasme sambil menjerit. Benar gak tuh?”
Pertanyaan anaknya membuat Diana memikirkan vaginanya dan secara reflek melebarkan paha membuat anaknya dapat melihat vaginanya dengan jelas. Suara anaknya menelan ludah menyadarkan Diana.
“Mama gak tau kalau soal menjerit. Tapi yang pasti memang ada beberapa titik yang sangat sensitif. Ingat aturan main kita, boleh lihat sepuasnya tapi tidak boleh sentuh.”
“Tenang mah, Dana takkan melanggar aturannya.”
Diana lalu menyentuh selangkangannya. Diana melebarkan paha dan menyelipkan jemari ke vaginanya.
“Mama tunjukan ini karena kamu nurut sama mama.”
Diana lalu melebarkan vagina dengan jemarinya lalu jari tengah menyentuh daging kecil. Nafasnya memberat saat jari itu menekan. Dana mendekatkan kepala ke selangkangan yang terpampang di depannya.
“Ini yang disebut klitoris. Sangat sensitif. Nah, di dalamnya terdapa g-spot yang apabila tersentuh bisa membuat wanita orgasme. Tapi jangan berharap jeritan karena jarang yang sampai menjerit.”
Nafas Diana kembali memberat menyadari apa yang dilakukannya di hadapan anaknya sendiri. Tubuhnya sedikit kejang. Diana menggigit bibir mencoba menangan erangan. Diana juga menegangkan otot pahanya. Setelah tak lagi kejang, Diana melepas jemari dari selangkangannya.
“Udah ah pelajaran biologinya. Makan yuk.”
“Makasih mah. Mama bener - bener baik deh.”
Dana membungkuk lalu mencium bibir mamanya sekilas. Tak sengaja dada Dana menekan payudara mamanya. Sentuhan ini adalah sentuhan pertama sejak diberlakukannya aturan, namun Diana membiarkannya. Dana lalu bangkit berbalik dan keluar kamar. Dana merasa seperti anak yang paling beruntung.
Diana masih berbaring. Linglung. Perutnya kembali seperti mules. Diana masih terkesima. Lalu Diana teringat sebuah dildo hadiah dari suaminya yang di simpan di laci. Diana lalu bangkit ingin segera makan agar anaknya cepat keluar. Dana ingin orgasme lagi seperti tahun - tahun dulu, lepas tanpa ditahan - tahan.
Bersambung..