Aku adalah seorang lelaki biasa, bukanlah lelaki idola, idaman wanita. Dibesarkan oleh seorang ibu, ayahku meninggal saat aku kecil. Namaku Ayman, tepatnya Ayman Abu Aita. Sedang mamaku namanya Sekar. Usianya kira-kira empat puluhan. Kini mama bekerja seorang diri. Kerja keras ayahku dulu membuatku tinggal di rumah yang cukup besar, dengan kolam di bagian belakangnya.
Aku dan mama lumayan dekat. Sejak kecil, aku sering main berantem dengan mama. Suatu hari kami mau renang bareng. Namun belum juga sampai kolam, entah siapa yang memulai, kami sudah bertarung lagi, seperti gulat di smackdown versi edwin jodi. Aku saat itu hanya memakai kolor, sedang mama hanya memakai bikini saja.
Tentu saja gesekan kulit ke kulit sulit untuk dihindari. Mama menabrakan kepala ke selangkanganku, langsung kucengkram tubuhnya membuat tanganku memegang susunya. Tabrakan mama membuatku tersungkur ke lantai, cengkraman tangan di tubuh mama tetap tak kulepas. Kakiku mengunci tubuh mama.
Mama menggeliat berusaha membebaskan diri. Akibatnya pantat mama menggesek selangkanganku dan lenganku meremas susunya. Efeknya sunggh tak terduga, kontolku langsung ngaceng di bawah tekanan pantat. Mama menyadi kontolku yang sudah ngaceng, lantas menyerah. Kulepas mama sambil menikmati kemenanganku.
Mama melihat selangkanganku dan berkata sambil tersenyum, anak mama udah gede yah.
Aku ikut melihat selangkanganku, ternyata terlihat jelas kalau kontolku ngaceng. Aku menatap mama, khawatir. Namun wajah mama menyiratkan sesuatu yang membuatku tenang. Mama menjelaskan sedikit tentang apa yang terjadi.
Sejak kejadian itu, pandanganku terhadap mama jadi berubah. Aku mulai masturbasi sambil membayangkan mama. Wajah mama memang biasa saja, namun tubuhnya lumayan subur. Sudah tidak langsing lagi layaknya abg. Kadang kuambil cd yang telah mama pakai dan kupakai masturbasi. Saat mama tak ada di rumah, aku buka lemarinya dan kugosok-gosok baju mama dengan kontolku, tidak sampai keluar.
Karena mulai sering membuka lemari mama, aku menemukan sebuah vibrator yang ketika kupegang ternyata lengket. Aku mulai masturbasi sambil menjilati vibrator itu. Saat keluar, kuusap kontolku ke vibrator hingga vibrator itu dipenuhi pejuku. Lantas kusimpan lagi vibrator itu.
Aku juga mulai memperhatikan selangkangan mama, berharap bisa menyemprotkan pejuku di sana. Setiap ada kesempatan, aku juga berusaha melihat apa yang seharusnya tak kulihat.
***
Jumat sore, aku berdiri di balik pintu rumah sambil memegang pisau dapur. Ketika pintu dibuka mama tak bisa melihatku karena aku terhalangi oleh pintu. Saat mama masuk, aku langsung bekap mulut mama dengan tangan kiri sementara pisauku dikenakan ku leher mama.
Kusamarkan suaraku, diam lu kalau gak mau gw bunuh.
Karena shok, mama diam, kudorong mama hingga menekan tembok lantas kututpi mata mama dengan kain. Kututup sedemikian rupa hingga kuyakin mama tak bisa mengintip. Setelah itu kuikat tangan mama. Tentu kain dan pengikat sudah kusiapkan sebelumnya. Setelah itu, mama kubawa ke ruang tamu dan kududukan di sofa.
Mmmm Mau apa kamu?
Kukenakan lagi pisau ke leher mama, kusamarkan suaraku, gw cuma mau lu nurut, kecuali lu udah bosen hidup, gw bisa bantu lu pulang.
Mama kini gemetaran. Hatiku serasa tak tega. Sepertinya aku pergi saja meninggalkannya. Namun, tubuh mama yang gemetaran membuat roknya agak naik. Aku duduk di samping mama, kutempelkan lagi pisau ke leher mama, tanganku mengelus kakinya membuat roknya tersibak. Tubuh mama menegang.
Jangan, tolong jangan. Ambil saja semua uang.
Diam… Lantas kuhentikan ucapanku karena menyadari suaraku belum tersamarkan. Untungya mama tak menyadari itu. Kini kusamarkan suara,
Sekali lagi lu ngomong tanpa gw suruh, lu bakal gw… sengaja kugantung kalimatku membiarkan imajinasi mama yang melanjutkan.
Tanganku makin masuk ke dalam rok mama membelai pahanya. Kulitnya sungguh halus, sehalus pantat bayi. Hingga jemariku menyentuh cd mama. Kueluskan jariku di cd mama. Elusanku kunaikan ke atas, lantas kumasuki cd mama hingga jemariku menyentuh jembutnya. Kuturunkan jemariku hingga mulai menyentuh belahan memek mama.
Tak ingin terbuai keadaan, kuangkat rok mama dan kembali menyamarkan suara, kita liat lu punya apaan.
Terlihatlah cd mama. Karena mama terikat dan tak bisa melihat, aku bisa melihat dan menyentuh sepuasnya. Kulebarkan paha dan kudekatkan wajahku ke cd mama. Kuhirup selangkangan mama. Kukecup dan kucium cd mama sambil mengelus kontolku. Saat ciumanku bergerak menekan, mama kembali mengerang.
Kuangkat pinggul mama dan kuturunkan cdnya. Akhirnya aku bisa melihat apa yang telah kuimpikan selama ini. Di depanku terpampang memek mama. Jembutnya agak lumayan.
Kini aku siap melangkah ke rencanaku selanjutnya.
Aku bergerak ke belakang mama dan menyumpal mulutnya. Mama menggeliat mencoba berontak.
Kusamarkan suara, diem lu. Ada yang datang.
Mama diam, seolah sedang berusaha mendengar apa yang kukatakan. Pelan-pelan, berusaha tanpa menimbulkan suara, aku melangkah ke pintu depan. Aku menunggu beberapa saat, lantas ku buka. Kututup lagi pintu.
Kusamarkan suara, diem lu kalau masih mau hidup.
Aku melihat mama mulai bergerak-gerak di sofa.
Kusamarkan suara, Tenang, gw bawa lu biar lu gak nabrak.
Kuseret kakiku hingga ke ruang tamu. Kusamarkan suara lagi, kayaknya anaklu ikut gabung nih.
Mama langsung menutup paha menyembunyikan memeknya. Aku melangkah melepas ikatan mulutnya.
Jangan lukai dia. Kuberikan semua yang kupunya. Tapi tolong, jangan sakiti anak saya, kata mama memohon.
Mah, ada apa ini mah? kataku bersuara normal.
Kusamarkan suara, gw gak mau lukai siapa pun, tapi kalau terpaksa ya apa boleh buat. Kalau lu ga nurut apa kata gw… gw gak jamin ada yang selamat. Sengaja gw tutup mata lu pada biar gak tau siapa gw. Kalau lu ada yang ngintip, gw bunuh di tempat. Ngerti lu?
Kuhentikan kata-kataku membiarkan mama mencernanya. Kusamarkan lagi suara, gw tanya lu ngerti gak?
Iya, kata mama pelan.
Kusamarkan suara, kalau lu ngerti gak?
Kunormalkan suara, iya, gw ngerti. Jangan lukai kami.
Bener nak, mama mencoba menghiburku. Kamu jangan ngelawan. Kita diam aja sampai semuanya usai.
Kasih sayang yang timbul di suara mama membuatku tak tega. Mama yang duduk dengan mata tertutup mencoba menenangkanku yang dikira mama sama sedang menjadi korban.
Kusamarkan suara, bagus, namalu siapa?
Ayman, kataku normal.
Kalau mamamu?
Sekar, mama menjawabnya, eh, menjawabku, bukan, dia. Makin ke sini makin membuatku bingung. Aku harus benar-benar konsentrasi dengan permainan ini.
Kusamarkan suara, Man, gw kasih lu hadiah. Gw bakal buka tutup matalu, tapi lu gak boleh berpaling liat gw. Kecuali lu mau gw bunuhlu dan mamalu.
Mah! teriakku dalam suara normal, aku berusaha agar terdengar terkejut sebisa mungkin.
Mama menyadari anaknya melihat tubuhnya yang telangjang dari pinggang ke bawah. Mama lantas menyilangkan kaki. Kini memeknya benar-benar tak terlihat.
Kusamarkan suaraku, Sekar, buka lebar-lebar kakilu. Gak pantes lu tutupi apa yang udah lu kasih liat ke gw. Kasih maman juga! Sengaja kupanggil namaku dengan kata ‘maman.’
Mama perlahan-lahan melebarkan kaki, menampilkan memeknya untuk dilihat anaknya.
Kusamarkan suara, man, lu berlutut di depan mamalu trus liat baik-baik memek mamalu.
Kutekankan wajah ke memek mama seolah-olah sedang didorong kepalaku dari belakang. Aku berpura-pura menarik wajahku dari tekanan. Kugosok lagi kepalaku dan kutarik lagi, walau secuil, secuil.
Kusamarkan suara, sekali lagi lu ngelawan, lu bakal tau akibatnya. Bilang ke mamamu di mana sekarang pisau gw hah?
Kunormalkan suara, pisaunya nempel di leher mah, kataku berusaha terdengar ketakutan.
Jangan, jangan sakiti anakku. Dia gakkan ngelawan lagi. Man, sayang, lakuin apa kata dia. Jangan ngelawan.
Aku tersenyum mendengar mama yang mengizinkanku melakukan apa pun.
Kusamarkan suara, liat memek mamalu, pegang, periksa. Apa yang lu liat?
Kutatap memek mama hingga puas. Aku senang mengetahui kalau mama menyadari anaknya sedang melihat memeknya. Perlahan kusentuh memek mama dengan jariku membuat mama mendesah, tapi mama tak menyuruhku berhenti. Kuelus jembutnya dan kutekan-tekan di beberapa bagian, akhirnya kubuka bibir memek mama.
Aku mulai melakukan apa yang aku suruh, memeknya ada jembutnya. Ada celahnya. Ada seperti bibir luarnya. Di dalam hangat dan lembab. Ada lubangnya, jariku mudah masuk. Di dalam lubang lebih hangat dan basash. Ada benjolan kecil di atasnya, sepertinya agak keras dan licin.
Oh nak, mama mengerang saat jemariku memainkan itilnya, jangan di situ nak, sensitif banget.
Kusamarkan suara, kayakanya lu bikin mamalu sange, terus mainin itilnya. Dia suka tuh.
Mama sepertinya sangat malu, bukan hanya anaknya memainkan memeknya, tapi juga mama malah terangsang. Kini mama ikut menggerakkan pinggulnya.
Kusamarkan suara, bagus, dia bener-bener menikmatinya. Iya kan sekar? Man, sekarang pake mulutlu, jarilu ganti pake lidah. Sekar, lu jangan hentikan anaklu sampai lu keluar. Awas, jangan sampai pura-pura keluar, gw bakalan tau. Juga jangan malu, bilang ke anaklu apa yang mesti dilakukan dan gimana rasanya saat anaklu ngelakuinnya.
Langsung kulahap memek mama dengan mulutku. Kujilati celahnya, dari bawah ke atas. Kuselipkan lidahku ke dalamnya. Kudorong lidahku ke liang memek mama.
Uh, nak, mama bicara di sela erangannya, lidahmu di dalam mama. Kayak keluar masuk. Kerasa gak denyutan memek mama ke lidahmu? Nikmat sayang. Oh… geraknya yang cepat nak. Ya, bener nak… sekarang jilat itil mama. Nah, kayak gitu, terus… ah… nikmat… ahh… ahh… mama keluar, ohhh aahhhh.
Mamaku keluar di wajahku. Kutarik wajahku dan kusamarkan suara, sekarang gw tutup lagi matalu. Awas kalau lu coba ngintip. Aku mundur sambil melihat mama terengah-engah. bagus. Gimana rasanya memek mamalu man? Gw liat lu jilatin memeknya, berarti lu suka ya? Gimana rasanya lidah anaklu Sekar? Kalau liat lu keluar kayaknya lu bener-bener suka lidah anaku ya.
Mama memerah karena malu. Bagaimana mungkin mama bisa menikmati aktifitas seksual yang dilakukan oleh anaknya sendiri? Seorang ibu tak boleh terangsang oleh anaknya, tapi lidahku ternyata membuat mama keluar.
Kusamarkan suara, sekar, gw liat apa yang gak lu liat. Anaklu juga doyan memeklu, kontolnya udah bikin celananya jadi ngembang. Maman, lepas celanamu.
Gw Ayman, bukan Maman, kataku normal sambil berteriak.
Kusamarkan suara, mau ngelawan lu anjing. kutampar tanganku hingga bersuara keras.
Apa itu? mama menjerit ketakutan.